Berikut ini adalah kisah nyata yang terjadi di
kecamatan Garum, Blitar, seorang penghulu mayat atau biasa disebut “modin” yang
ikut memakamkan makhluk halus yang meninggal dunia. Cerita mistis ini
sebenarnya sudah terjadi sejak lama yang diposting di koran Jawa Pos terbitan
beberapa tahun yang lalu, namun kini saya muat ulang lagi di blog ini dalam
bentuk cerita.
Nama saya maksun, umur saya 55 tahun. Saya
sudah lebih dari 30 tahun menjabat sebagai modin di desa saya. Setiap ada orang
meninggal dunia saya yang menjadi penghulu jenazah atau yang mengkoordinir
prosesi pemakaman mulai dari rumah hingga selesai di pemakaman. Kemudian
malamnya saya menjadi imam tahlil di rumah duka selama 7 hari. Saya pernah
tanpa sengaja menjadi penghulu jenazah di alam jin.
Pada suatu hari ketika selesai melangsungkan
acara prosesi pemakaman seorang warga desa yang meninggal, saya pulang terlalu
petang. Maklum hari itu ada orang meninggal dunia terlalu sore sehingga
pemakaman selesai ketika hari menjelang gelap.
Saya tiba di rumah sekitar pukul 7 malam
jum’at dalam keadaan hujan gerimis. Bersamaan dengan itu tiba-tiba ada sebuah
mobil sedan warna putih berhenti di depan rumah saya. Lalu keluar dua orang
lelaki dengan menggunakan busana muslim dan memakai topi hitam (kopyah) seperti
yang saya kenakan. Mereka berlari kecil menghampiri saya dan mengatakan ingin
bertamu di rumah saya karena ada satu keperluan mendadak. Lalu saya
mempersilakan mereka masuk ke rumah. Bersama saya, mereka masuk dan langsung
duduk di ruang tamu.
Kemudian kedua tamu saya ini memperkenalkan
diri bahwa mereka adalah warga dari wilayah lain di kota. Lalu mereka
menyampaikan suatu keperluannya kepada saya. Ternyata mereka adalah orang yang
juga sedang berduka. Salah satu keluarganya meninggal dunia dan mereka meminta
bantuan saya untuk menjadi penghulu jenazah untuk mengantarkannya ke pemakaman
malam ini.
Saya merasa keberatan untuk memenuhi
permintaannya karena di desa mereka tentunya sudah ada petugas modinnya
tersendiri. Selain itu, saya juga baru saja pulang dari mengurus acara prosesi
pemakaman warga di desa ini. Lalu saya meminta maaf dan mengatakan kalau saya
tidak bisa membantu mereka mengingat malam ini saya juga akan menjadi imam
tahlil di desa ini, yaitu dirumah keluarga orang yang baru saja meninggal dunia
tadi siang.
Namun dua orang ini memohon kepada saya dan
mengatakan bahwa modin di desanya sedang berhalangan sehingga tidak ada orang
yang menjadi penghulu jenazah. Sementara acara memandikan jenazah serta
mengkafani sudah selesai semua, kuburan juga sudah siap. Mereka mengatakan
bahwa keluarga mereka sedang menunggu kedatangan saya malam ini juga.
Mendengar permintaan mereka yang sangat
penting dan darurat sekali, maka akhirnya saya bersedia memenuhi permintaannya.
Sementara tugas saya menjadi imam tahlil di desa ini saya wakilkan kepada orang
lain.
Tanpa mandi maupun cuci muka, saya berangkat
bersama dua orang tamu ini menuju ke rumah duka dengan mengendarai mobil sedan
mewah warna putih. Rupanya rumah mereka jauh sekali, sampai-sampai perjalanan
ini keluar dari wilayah kabupaten Blitar. Kemudian melewati hutan lebat yang
cukup jauh, lalu masuk ke sebuah kota yang ramai dan saya belum pernah melihat
kota itu.
Setelah berputar-putar di kota yang ramai maka
tibalah kami bertiga di rumah duka. Rupanya yang meninggal dunia ini adalah
orang kaya, karena rumahnya megah dan ada taman bunga cantik di depan rumahnya.
Dan benar apa yang dikatakan oleh dua tamu
saya ini, ternyata sudah banyak orang melayat yang berkumpul di rumah duka.
Sementara terdengar suara tangisan para anggota keluarga yang meninggal dunia.
Jenazah saya periksa sudah selesai dikafani dan sudah berada di dalam keranda
mayat. Semua perlengkapan pemakaman juga sudah disiapkan. Dan mereka
benar-benar hanya menunggu kedatangan saya sebagai penghulu jenazah.
Akhirnya langsung saja seperti biasanya, saya
menyampaikan pidato mewakili atas nama keluarga yang berduka menyampaikan
terima kasih kepada para pelawat yang ikut berbelasungkawa. Setelah selesai,
jenazah langsung diberangkatkan malam itu juga dan kami beramai-ramai berjalan
menuju ke pemakaman umum di desa itu.
Tidak lama rombongan jenasah tiba di pemakaman
umum yang ternyata tidak jauh dari rumah duka. Liang kubur sudah di persiapkan
sejak tadi dan keranda jenazah langsung diletakkan disamping liang kubur.
Seperti biasa, saya langsung masuk ke liang
kubur untuk mengumandangkan adzan. Dari sini mulai timbul keanehan. Ketika saya
mengumandangkan suara adzan, tiba-tiba orang-orang yang melayat terlihat
seperti orang kebingungan. Lalu mereka menjauh satu persatu. Semakin kencang
suara adzan, mereka semakin menjauh dan pergi. Setelah adzan selesai, tidak ada
orang sama sekali. Semua pelayat dan juga keluarga yang berduka pergi entah
kemana.
Akhirnya saya bingung bagaimana cara
mengangkat mayat ke liang kubur seorang diri, dan lalu menimbunnya dengan
tanah. Mana bisa? Sementara menguburkan mayat sampai selesai adalah wajib bagi
seorang muslim. Namun tidak masalah biarpun para pelayat pergi semua dan tidak
ada seorangpun yang membantu.. Saya bisa menyelesaikannya sendiri pelan-pelan.
Namun ada kejadian aneh yang mencengangkan
saya ketika saya mencoba membuka tali keranda mayat. Ternyata keranda mayat
yang tadinya diletakkan disamping saya di dekat liang kubur itu hanyalah
tumpukan pohon singkong yang diikat dengan tali. Dan tali keranda yang saya
buka tersebut ternyata tali rafia yang digunakan untuk mengikat bentelan kayu
singkong.
Kemudian saya tengak-tengok ke sekeliling, dan
saya melihat ada pohon-pohon singkong sangat banyak dan lebat berdiri di
sekeliling saya. Betapa terkejutnya saya. Ternyata saya sedang berada di
tengah-tengah ladang singkong sendirian malam hari.
Saya langsung tersadar bahwa ternyata orang
yang hendak saya makamkan tadi adalah makhluk halus. Dan orang-orang menjadi
pelayat itu ternyata semuanya juga makhluk halus. Rupanya saya telah dikerjai
oleh sekelompok makhluk halus. Saya ternyata telah mengumandangkan adzan
sendirian di tengah-tengah ladang singkong. Dan ketika saya berpidato di depan
rumah duka tadi ternyata saya hanya berpidato kepada pohon singkong.
Seketika itu bulu kuduk saya berdiri tegak.
Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung kabur ambil langkah seribu sekencangnya
agar bisa keluar dari kebun singkong sialan itu.
Akhirnya dengan terjatuh-jatuh dan
menabrak-nabrak semak belukar, saya berhasil keluar dari ladang singkong dan
tiba di sebuah kampung. Ternyata kampung itu adalah tetangga desa saya. Dan
ketika saya naik mobil sedan putih tadi ternyata saya hanya berjalan kaki saja
ke desa sebelah. Untungnya kini malam sudah larut tengah malam, sehingga tidak
ada seorangpun yang melihat saya kesasar di kebun singkong malam-malam
sendirian.
Secepatnya saya pulang menuju rumah. Sesampai
dirumah saya terbengong dan tak habis pikir, seakan saya tidak percaya kalau
saya baru saja menghadiri acara pemakaman orang mati di alam jin. Lalu mengapa
para jin itu mengerjai saya? Sudah tahu ada orang capek-capek pulang kemalaman
dari acara pemakaman, masih dikerjai lagi oleh makhluk jin. Dasar hantu kurang
ajar!
Besoknya saya langsung pergi ke kantor desa
dan meminta pengunduran diri sebagai modin.
=============================================
DIAMBIL DARI:
JURAGANCIPIR BLOG
DITERUSKAN
OLEH: ohmama-ohpapa.blogspot.com
=============================================
0 komentar:
Posting Komentar